Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Perkara pinjam dan meminjamkan motor, buat saya, tidak bisa disamakan dengan meminjam piring, sendok, atau alat-alat rumah tangga lainnya."Kak...boleh pinjam motor? Mau cari sarapan," ujar salah satu penghuni kost di tempat saya. "Tempat sarapan banyak yang dekat dari sini, bisa jalan kaki aja. Atau boleh pinjam sepeda. Tapi saya tidak bisa meminjamkan motor," jawab saya tegas. Wajah si adik kost berubah, saya hanya mendengar dia berbisik-bisik ke teman sekamarnya dengan menyebut saya pelit, hanya karena saya tidak mau meminjamkan motor. Padahal, sehari-hari, saya sering memberi kue atau lauk ke adik-adik yang nge-kost di tempat saya. Membantu saat mereka kesulitan dengan tugas-tugas sekolah atau kuliah mereka. Perkara pinjam dan meminjamkan motor, buat saya, tidak bisa disamakan dengan meminjam piring, sendok, atau alat-alat rumah tangga lainnya. Apalagi jika sehari-hari pekerjaan kita tergantung dengan motor. Beberapa kali meminjamkan motor ke orang yang tidak bertanggung jawab, sudah cukup membuat saya trauma. Suatu hari seorang teman meminjam motor saya, saya tidak tahu untuk keperluan apa. Saat dia hendak meminjam motor saya, saya sedang di ruang siaran, dari luar ruangan kaca dia hanya memberi kode meminjam motor dengan mengacungkan kunci motor saya. Tiba-tiba dia pulang dengan ojeg. Saya kira motor saya rusak atau mogok. Ternyata, teman saya ini melewati petugas kepolisian yang sedang razia kelengkapan surat-surat kendaraan. Karena teman saya tidak membawa STNK motor dan ternyata tidak punya surat izin mengemudi SIM juga, petugas kepolisian terpaksa menyita motor saya. Saya harus ke kantor polisi keesokan harinya untuk menjemput motor saya. Sejak saat itu, saya tidak lagi meminjamkan motor ke teman saya tersebut dengan alasan waktu, ketika itu saya baru mengganti motor dengan yang baru. Plat motor baru tersebut belum dipasang dan masih dalam proses pengurusan. 1 2 Lihat Lyfe Selengkapnya
Berikutcara-cara yang bisa Anda gunakan untuk menolak. 1. Beberapa orang tidak bisa menolak permintaan peminjaman uang. Mereka biasanya menjadi tujuan peminjaman uang bagi keluarga/teman-teman di sekitarnya. Jika ada yang ingin meminjam, ambil dari rekening tersebut. Saat tidak ada sisa, berarti "anggaran" pinjaman Anda sudah habis, Anda
Jakarta - Menolak tawaran pinjaman dana? Mudah. Jika tidak butuh uang, tidak kepepet dan tidak gengsi tentu Anda bisa langsung menolak tanpa pikir panjang. Tetapi bagaimana jika teman atau keluarga atau bahkan kerabat dekat Anda datang kepada Anda untuk meminta bantuan pinjaman uang, bisakah Anda menolak? Uang adalah hal yang tentunya bisa menimbulkan dilema, di mana Anda ingin membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. Mungkin ada juga sedikit kekuatiran di mana bisa saja di masa depan kondisinya berbalik, Anda yang butuh bantuan. Tentunya Anda ingin mendapatkan bantuan yang sama. Di sisi lainnya, Anda juga punya rencana keuangan sendiri. Mungkin Anda memiliki simpanan/tabungan, namun sudah ada peruntukannya atau belum waktunya dicairkan. Timbul juga kekuatiran bisakah si peminjam mengembalikan tepat waktu sebelum Anda membutuhkan dananya? Akan sulitkah ditagih? Risiko lain, pinjam meminjam uang juga bisa merusak hubungan pertemanan bahkan persaudaraan. Tidak jarang orang yang meminjamkan uang justru lebih sungkan untuk menagih daripada orang yang pinjam uang. Lalu harus bagaimana?Jika Anda benar-benar tidak ingin membantu mereka, bisa jadi karena peminjam ini memiliki track record yang buruk, misalnya sudah beberapa kali meminjam uang kepada rekan Anda yang lain dan tidak dikembalikan/sulit ditagih, bahkan digunakan untuk membeli barang mewah atau pergi liburan tanpa terlebih dahulu membayar utangnya, maka Anda harus bisa menolaknya. Berikut cara-cara yang bisa Anda gunakan untuk Beberapa orang tidak bisa menolak permintaan peminjaman uang. Mereka biasanya menjadi tujuan peminjaman uang bagi keluarga/teman-teman di sekitarnya. Mungkin Anda juga kenal orang-orang seperti ini? Hal ini terjadi tentunya bukan dalam sekejap, melainkan terjadi berulang-ulang seperti kebiasaan, sehingga lama-kelamaan orang-orang sekitarnya mengetahui bahwa si X mudah dipinjami uang. Jika Anda bukan X dan tidak ingin menjadi X, Anda harus belajar menolak dengan tegas, katakan bahwa Anda punya aturan untuk tidak meminjamkan uang kepada siapapun, titik. Dengan demikian si peminjam tidak akan merasa bahwa dia ditolak karena dirinya tapi karena memang aturan Anda sama untuk siapapun yang ingin meminjam uang. Hal ini juga mencegah peminjam akan kembali kepada Anda untuk mencoba meminjam uang lagi Jika Anda sudah menikah, Anda bisa menggunakan pasangan sebagai alasan. Suami/istri Anda yang mengatur seluruh keuangan sehingga sulit bagi Anda untuk mencairkan dana untuk dipinjam. Alasan ini bisa digunakan jika si peminjam tidak kenal/akrab dengan pasangan Anda sehingga tidak ada akses bagi peminjam untuk berkomunikasi ke pasangan Mintalah waktu untuk berpikir. Katakan kepada peminjam bahwa Anda butuh waktu satu hari untuk berpikir bisakah Anda mengambil dana untuk mereka dari keuangan pribadi Anda. Hal ini akan mengurangi tekanan untuk mengambil keputusan dalam waktu yang singkat, juga memberikan kesempatan untuk benar-benar berpikir risiko meminjamkan uang kepada mereka. 4. Tolak dengan tidak menjelaskan alasan. Uang Anda adalah hak dan privasi Anda, Anda punya hak untuk tidak menceritakan kondisi keuangan Anda kepada orang lain, apalagi orang yang tidak Anda percaya. Cukup dengan "Mohon maaf ya, saat ini saya tidak dalam posisi untuk bisa meminjamkan uang." Jika ditanya alasannya, cukup jawab bahwa ini adalah alasan pribadi. 5. Untuk menghindari jadi objek peminjaman uang, jangan pernah menceritakan kondisi keuangan Anda kepada teman atau keluarga, apalagi jika Anda baru saja mendapat rejeki atau bonus atau bahwa Anda punya dana nganggur, misalnya. Jika terpaksa, Anda bisa menggambarkan keuangan Anda misalnya dengan kata-kata, "Yah cukuplah untuk hidup dan sekolah anak-anak."Bagaimana jika terlanjur mudah meminjamkan uang ke orang? Bisakah uang pinjaman yang saat ini ada di tangan orang lain dianggap tabungan?Pilihan ada di tangan Anda. Jika tidak keberatan menjadi sumber pinjaman namun tetap ingin menabung, Anda bisa menentukan batas berapa banyak uang Anda yang "beredar". Buat satu tabungan atau rekening khusus pinjaman, batas pengisiannya misalnya 1x gaji. Jika ada yang ingin meminjam, ambil dari rekening tersebut. Saat tidak ada sisa, berarti "anggaran" pinjaman Anda sudah habis, Anda tidak bisa meminjamkan uang lagi ke orang lain, kecuali menunggu peminjam saat ini mengembalikan uang untuk menganggap piutang adalah tabungan. Bagaimana jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan Anda butuh uang sesegera mungkin? Bisakah si peminjam langsung mengembalikan uang Anda? Dari mana Anda akan mengambil uang cash selain mengandalkan uang yang sedang Anda pinjamkan? Tabungan pribadi untuk dana darurat tetap dibutuhkan. Pisahkan uang pribadi dan uang untuk dipinjamkan. Masih sulit juga? Belajar di workshop yang dilakukan baik oleh AAM & Associates maupun IARFC Indonesia workshop Kaya Raya Dengan Reksa Dana Januari 2018 buka di sini Untuk belajar mengelola gaji bulanan bisa ikut workshop CPMM, info di sini untuk ilmu yang lengkap, anda bisa belajar tentang perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan ikutan workshop Basic Financial Planning info lihat di sini itu bisa juga bergabung di akun telegram group kami dengan nama Seputar Keuangan atau klik di sini hanyalah solusi sementara. Apabila Anda sudah kapok meminjamkan uang, belajarlah menolak dengan tegas. Uang Anda adalah hak Anda. Ingatlah bahwa "Uang tidak ada saudaranya." ang/ang. 375 158 289 196 462 256 312 350